Al Halim artinya Yang Maha Penyantun, sifat ini disimpulkan dari arti kata "tidak terburu-buru". yang artinya ringan tangan atau mudah berbuat. Allah B tidak terburu-buru membalas hamba-Nya yang melakukan kejahatan meskipun Dia berkuasa melakukannya.
lâ ḫawla wa lâ quwwata illâ billâh
Wallâhu A`lam Bish Showâb
[2] QS. Al-Baqarah (2) : 235
[3] QS. Al-Baqarah (2) : 263
[4] QS. Ali `Imrân (3) : 155
[5] QS. An-Nisâ' (4) : 12
[6] QS. Al-Mâ'idah (5) : 101
[7] QS. At-Taubah (9) : 114
[8] QS. Hûd (11) : 75
[9] QS. Hûd (11) : 87
[10] QS. Al-Isrâ' (17) : 44
[11] QS. Al-Ḫajj (22) : 59
[12] QS. Al-Ahzab (33) : 51
[13] QS. Fâthir (35) : 41
[14] QS. Ash-Shaffat (37) : 101
[15] QS. At-Taghabun (64) : 17
32.
AL-ḪALÎM
الْحَلِيْمُ
Yang Maha Penyantun
Al Halim artinya tidak terburu-buru membalas meskipun berkuasa melakukannya. Nama Al Halim juga berarti Allah tidak menahan rezeki atau buru-buru mengadzab karena kemaksiatan dan kezaliman makhluk-Nya meskipun Dia berkuasa melakukan itu semua.
- Al-Baqarah (2) : 225 [1]
- Al-Baqarah (2) : 235 [2]
- Al-Baqarah (2) : 263 [3]
- Ali-Imran (3) : 155 [4]
- An-Nisa' (4) : 12 [5]
- Al-Maidah (5) : 101 [6]
- At-Taubah (9) : 114 [7]
- Hud (11) : 75 [8]
- Hud (11) : 87 [9]
- Al-Isra' (17) : 44 [10]
- Al-Hajj (22) : 59 [11]
- Al-Ahzab (33) : 51 [12]
- Fathir (35) : 41 [13]
- Ash-Shaffat (37) : 101 [14]
- At-Taghabun (64) : 17 [15]
lâ ḫawla wa lâ quwwata illâ billâh
Wallâhu A`lam Bish Showâb
DALIL AL-HALIM AYAT AL-QUR'AN
[1] QS. Al-Baqarah (2) : 225
QS. Al-Baqarah (2) : 225
لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللّٰهُ بِاللَّغْوِ فِيْٓ اَيْمَانِكُمْ وَلٰكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ بِمَا كَسَبَتْ قُلُوْبُكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ٢٢٥
lâ yu'âkhidẓukumullâhu bil-laghwi fî aimânikum wa lâkiy yu'âkhidẓukum bimâ kasabat qulûbukum, wallâhu ghofûrun ḫalîm
Allah tidak menghukummu karena sumpahmu yang tidak kamu sengaja, tetapi Dia menghukummu karena sumpah yang diniatkan oleh hatimu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
QS. Al-Baqarah (2) : 235
وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْمَا عَرَّضْتُمْ بِهٖ مِنْ خِطْبَةِ النِّسَاۤءِ اَوْ اَكْنَنْتُمْ فِيْٓ اَنْفُسِكُمْۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ سَتَذْكُرُوْنَهُنَّ وَلٰكِنْ لَّا تُوَاعِدُوْهُنَّ سِرًّا اِلَّآ اَنْ تَقُوْلُوْا قَوْلًا مَّعْرُوْفًا ەۗ وَلَا تَعْزِمُوْا عُقْدَةَ النِّكَاحِ حَتّٰى يَبْلُغَ الْكِتٰبُ اَجَلَهٗۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ فَاحْذَرُوْهُۚ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌࣖ٢٣٥
wa lâ junâḫa `alaikum fîmâ `arradhtum bihî min khithbatin-nisâ'i au aknantum fî anfusikum, `alimallâhu annakum satadẓkurûnahunna wa lâkil lâ tuwâ`idûhunna sirran illâ an taqûlû qoulam ma`rûfâ, wa lâ ta`zimû `uqdatan-nikâḫi ḫattâ yablughol-kitâbu ajalah, wa`lamû annallâha ya`lamu mâ fî anfusikum faḫdẓarûh, wa`lamû annallâha ghofûrun ḫalîm
Tidak ada dosa bagimu atas kata sindiran untuk meminang perempuan-perempuan atau (keinginan menikah) yang kamu sembunyikan dalam hati. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka. Akan tetapi, janganlah kamu berjanji secara diam-diam untuk (menikahi) mereka, kecuali sekadar mengucapkan kata-kata yang patut (sindiran). Jangan pulalah kamu menetapkan akad nikah sebelum berakhirnya masa idah. Ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu. Maka, takutlah kepada-Nya. Ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
QS. Al-Baqarah (2) : 263
قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ يَّتْبَعُهَآ اَذًىۗ وَاللّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ٢٦٣
qoulum ma`rûfuw wa maghfiratun khoirum min shodaqatiy yatba`uhâ adẓâ, wallâhu ghoniyyun ḫalîm
Perkataan yang baik dan pemberian maaf itu lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Mahakaya lagi Maha Penyantun.
QS. Ali `Imrân (3) : 155
اِنَّ الَّذِيْنَ تَوَلَّوْا مِنْكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعٰنِۙ اِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطٰنُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُوْاۚ وَلَقَدْ عَفَا اللّٰهُ عَنْهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌࣖ١٥٥
innalladẓîna tawallau mingkum yaumaltaqol-jam`âni innamastazallahumusy-syaithônu biba`dhi mâ kasabû, wa laqod `afallâhu `an-hum, innallâha ghofûrun ḫalîm
Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antara kamu pada hari ketika dua pasukan bertemu, sesungguhnya mereka hanyalah digelincirkan oleh setan disebabkan sebagian kesalahan (dosa) yang telah mereka perbuat. Allah benar-benar telah memaafkan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
QS. An-Nisâ' (4) : 12
وَلَكُمْ نِصْفُ مَا تَرَكَ اَزْوَاجُكُمْ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهُنَّ وَلَدٌۚ فَاِنْ كَانَ لَهُنَّ وَلَدٌ فَلَكُمُ الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْنَ مِنْۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُّوْصِيْنَ بِهَآ اَوْ دَيْنٍۗ وَلَهُنَّ الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْتُمْ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّكُمْ وَلَدٌۚ فَاِنْ كَانَ لَكُمْ وَلَدٌ فَلَهُنَّ الثُّمُنُ مِمَّا تَرَكْتُمْ مِّنْۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ تُوْصُوْنَ بِهَآ اَوْ دَيْنٍۗ وَاِنْ كَانَ رَجُلٌ يُّوْرَثُ كَلٰلَةً اَوِ امْرَاَةٌ وَّلَهٗٓ اَخٌ اَوْ اُخْتٌ فَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا السُّدُسُۚ فَاِنْ كَانُوْٓا اَكْثَرَ مِنْ ذٰلِكَ فَهُمْ شُرَكَاۤءُ فِى الثُّلُثِ مِنْۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُّوْصٰى بِهَآ اَوْ دَيْنٍۙ غَيْرَ مُضَاۤرٍّۚ وَصِيَّةً مِّنَ اللّٰهِۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَلِيْمٌۗ١٢
wa lakum nishfu mâ taraka azwâjukum il lam yakul lahunna walad, fa ing kâna lahunna waladun fa lakumur-rubu`u mimmâ tarakna mim ba`di washiyyatiy yûshîna bihâ au daîn, wa lahunnar-rubu`u mimmâ taraktum il lam yakul lakum walad, fa ing kâna lakum waladun fa lahunnats-tsumunu mimmâ taraktum mim ba`di washiyyatin tûshûna bihâ au daîn, wa ing kâna rajuluy yûratsu kalâlatan awimra'atuw wa lahû akhun au ukhtun fa likulli wâḫidim min-humas-sudus, fa ing kânû aktsara min dẓâlika fa hum syurakâ'u fits-tsulutsi mim ba`di washiyyatiy yûshâ bihâ au dainin ghoira mudhôrr, washiyyatam minallâh, wallâhu `alîmun ḫalîm
Bagimu (para suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika mereka (istri-istrimu) itu mempunyai anak, kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya setelah (dipenuhi) wasiat yang mereka buat atau (dan setelah dibayar) utangnya. Bagi mereka (para istri) seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, bagi mereka (para istri) seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan (setelah dipenuhi) wasiat yang kamu buat atau (dan setelah dibayar) utang-utangmu. Jika seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, meninggal dunia tanpa meninggalkan ayah dan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu) atau seorang saudara perempuan (seibu), bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Akan tetapi, jika mereka (saudara-saudara seibu itu) lebih dari seorang, mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu, setelah (dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya dengan tidak menyusahkan (ahli waris). Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.
QS. Al-Mâ'idah (5) : 101
وَاِذَا ضَرَبْتُمْ فِى الْاَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَنْ تَقْصُرُوْا مِنَ الصَّلٰوةِۖ اِنْ خِفْتُمْ اَنْ يَّفْتِنَكُمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ اِنَّ الْكٰفِرِيْنَ كَانُوْا لَكُمْ عَدُوًّا مُّبِيْنًا١٠١
wa idẓâ dhorabtum fil-ardhi fa laisa `alaikum junâḫun an taqshurû minash-sholâti in khiftum ay yaftinakumulladẓîna kafarû, innal-kâfirîna kânû lakum `aduwwam mubînâ
Apabila kamu bepergian di bumi, maka tidak dosa bagimu untuk mengqasar salat jika kamu takut diserang orang-orang yang kufur. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.
QS. At-Taubah (9) : 114
وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ اِبْرٰهِيْمَ لِاَبِيْهِ اِلَّا عَنْ مَّوْعِدَةٍ وَّعَدَهَآ اِيَّاهُۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗٓ اَنَّهٗ عَدُوٌّ لِّلّٰهِ تَبَرَّاَ مِنْهُۗ اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ لَاَوَّاهٌ حَلِيْمٌ١١٤
wa mâ kânastighfâru ibrâhîma li'abîhi illâ `am mau`idatiw wa`adahâ iyyâh, fa lammâ tabayyana lahû annahû `aduwwul lillâhi tabarra'a min-h, inna ibrâhîma la'awwâhun ḫalîm
Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah dia ikrarkan kepadanya. Maka, ketika jelas baginya (Ibrahim) bahwa dia (bapaknya) adalah musuh Allah, dia (Ibrahim) berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim benar-benar seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.
QS. Hûd (11) : 75
اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ لَحَلِيْمٌ اَوَّاهٌ مُّنِيْبٌ٧٥
inna ibrâhîma laḫalîmun awwâhum munîb
Sesungguhnya Ibrahim benar-benar penyantun, pengiba, lagi suka kembali (kepada Allah).
QS. Hûd (11) : 87
قَالُوْا يٰشُعَيْبُ اَصَلٰوتُكَ تَأْمُرُكَ اَنْ نَّتْرُكَ مَا يَعْبُدُ اٰبَاۤؤُنَآ اَوْ اَنْ نَّفْعَلَ فِيْٓ اَمْوَالِنَا مَا نَشٰۤؤُاۗ اِنَّكَ لَاَنْتَ الْحَلِيْمُ الرَّشِيْدُ٨٧
qôlû yâ syu`aibu a sholâtuka ta'muruka an natruka mâ ya`budu âbâ'unâ au an naf`ala fî amwâlinâ mâ nasyâ', innaka la'antal-ḫalîmur-rasyîd
Mereka berkata, “Wahai Syuʻaib, apakah salatmu (agamamu) yang menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah nenek moyang kami atau melarang kami mengelola harta menurut cara yang kami kehendaki? (Benarkah demikian, padahal) sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun lagi cerdas?”
QS. Al-Isrâ' (17) : 44
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوٰتُ السَّبْعُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّۗ وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ وَلٰكِنْ لَّا تَفْقَهُوْنَ تَسْبِيْحَهُمْۗ اِنَّهٗ كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا٤٤
tusabbiḫu lahus-samâwâtus-sab`u wal-ardhu wa man fîhinn, wa im min syai'in illâ yusabbiḫu biḫamdihî wa lâkil lâ tafqohûna tasbîḫahum, innahû kâna ḫalîman ghofûrâ
Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya senantiasa bertasbih kepada Allah. Tidak ada sesuatu pun, kecuali senantiasa bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
QS. Al-Ḫajj (22) : 59
لَيُدْخِلَنَّهُمْ مُّدْخَلًا يَّرْضَوْنَهٗۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَعَلِيْمٌ حَلِيْمٌ٥٩
layudkhilannahum mudkholay yardhounah, wa innallâha la`alîmun ḫalîm
Sungguh, Dia (Allah) pasti akan memasukkan mereka ke tempat masuk yang mereka sukai (surga). Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.
QS. Al-Ahzab (33) : 51
تُرْجِيْ مَنْ تَشَاۤءُ مِنْهُنَّ وَتُـــْٔـوِيْٓ اِلَيْكَ مَنْ تَشَاۤءُۗ وَمَنِ ابْتَغَيْتَ مِمَّنْ عَزَلْتَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكَۗ ذٰلِكَ اَدْنٰٓى اَنْ تَقَرَّ اَعْيُنُهُنَّ وَلَا يَحْزَنَّ وَيَرْضَيْنَ بِمَآ اٰتَيْتَهُنَّ كُلُّهُنَّۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا فِيْ قُلُوْبِكُمْۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَلِيْمًا٥١
turjî man tasyâ'u min-hunna wa tu'wî ilaika man tasyâ', wa manibtaghoita mim man `azalta fa lâ junâḫa `alaîk, dẓâlika adnâ an taqorra a`yunuhunna wa lâ yaḫzanna wa yardhoina bimâ âtaitahunna kulluhunn, wallâhu ya`lamu mâ fî qulûbikum, wa kânallâhu `alîman ḫalîmâ
Engkau (Nabi Muhammad) boleh menangguhkan (menggauli) siapa yang engkau kehendaki di antara mereka (para istrimu) dan (boleh pula) menggauli siapa (di antara mereka) yang engkau kehendaki. Siapa yang engkau ingini untuk menggaulinya kembali dari istri-istrimu yang telah engkau sisihkan, tidak ada dosa bagimu. Itu adalah lebih dekat untuk menyenangkan hati mereka. Mereka tidak merasa sedih dan mereka semua rela dengan apa yang telah engkau berikan kepada mereka. Allah mengetahui apa yang (tersimpan) dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.
QS. Fâthir (35) : 41
اِنَّ اللّٰهَ يُمْسِكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ اَنْ تَزُوْلَا ەۚ وَلَىِٕنْ زَالَتَآ اِنْ اَمْسَكَهُمَا مِنْ اَحَدٍ مِّنْۢ بَعْدِهٖۗ اِنَّهٗ كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا٤١
innallâha yumsikus-samâwâti wal-ardho an tazûlâ, wa la'in zâlatâ in amsakahumâ min aḫadim mim ba`dih, innahû kâna ḫalîman ghofûrâ
Sesungguhnya Allah yang menahan langit dan bumi agar tidak lenyap. Jika keduanya akan lenyap, tidak ada seorang pun yang mampu menahannya selain-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
QS. Ash-Shaffat (37) : 101
فَبَشَّرْنٰهُ بِغُلٰمٍ حَلِيْمٍ١٠١
fa basysyarnâhu bighulâmin ḫalîm
Maka, Kami memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak (Ismail) yang sangat santun.
QS. At-Taghabun (64) : 17
اِنْ تُقْرِضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا يُّضٰعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ شَكُوْرٌ حَلِيْمٌۙ١٧
in tuqridhullâha qordhon ḫasanay yudhô`if-hu lakum wa yaghfir lakum, wallâhu syakûrun ḫalîm
Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Dia akan melipatgandakan (balasan) untukmu dan mengampunimu. Allah Maha Mensyukuri lagi Maha Penyantun.
إرسال تعليق