#92 ARTI ASMAUL HUSNA AN NAFI`U

An Nafi`u artinya Yang Maha Memberi Manfaat. Allah B yang memberikan manfaat kepada makhluk-Nya dengan segala karunia, rahmat, dan kebaikan-Nya. Dia yang mengatur segala yang bermanfaat bagi makhluk sesuai dengan kehendak-Nya, baik manfaat duniawi maupun ukhrawi.
AN-NÂFI`U
92.
AN-NÂFI`U
النَّافِعُ
Yang Maha Memberi Manfaat
Allah B Maha Memberi Manfaat bagi orang-orang yang Dia kehendaki. Siapa pun yang Allah beri manfaat, tidak ada satu mahkluk pun yang bisa menghalanginya.
  • Al-Baqarah (2) : 219 [1]
  • An-Nisa' (4) : 11 [2]
  • Al-Maidah (5) : 76 [3]
  • Al-A`raf (7) : 188 [4]
  • Yunus (10) : 49 [5]
  • Ar-Ra`d (13) : 16 [6]
  • Thaha (20) : 89 [7]
  • An-Hajj (22) : 13 [8]
  • Al-Furqan (25) : 3 [9]
  • Saba' (34) : 42 [10]
  • Al-Fath (48) : 11 [11]

lâ ḫawla wa lâ quwwata illâ billâh

Wallâhu A`lam Bish Showâb


DALIL AN-NAFI`U AYAT AL-QUR'AN

[1] QS. Al-Baqarah (2) : 219
QS. Al-Baqarah (2) : 219
يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِۗ قُلْ فِيْهِمَآ اِثْمٌ كَبِيْرٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِۖ وَاِثْمُهُمَآ اَكْبَرُ مِنْ نَّفْعِهِمَاۗ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ ەۗ قُلِ الْعَفْوَۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَۙ٢١٩
yas'alûnaka `anil-khomri wal-maisir, qul fîhimâ itsmung kabîruw wa manafi`u lin-nâsi wa itsmuhumâ akbaru min-naf`ihimâ, wa yas'alûnaka mâdẓâ yunfiqûn, qulil-`afw, kadẓâlika yubayyinullâhu lakumul-âyâti la`allakum tatafakkarûn
Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. (Akan tetapi,) dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya.” Mereka (juga) bertanya kepadamu (tentang) apa yang mereka infakkan. Katakanlah, “(Yang diinfakkan adalah) kelebihan (dari apa yang diperlukan).” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu berpikir
[2] QS. An-Nisa' (4) : 11
QS. An-Nisa' (4) : 11
يُوْصِيْكُمُ اللّٰهُ فِيْٓ اَوْلَادِكُمْ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۚ فَاِنْ كُنَّ نِسَاۤءً فَوْقَ اثْنَتَيْنِ فَلَهُنَّ ثُلُثَا مَا تَرَكَۚ وَاِنْ كَانَتْ وَاحِدَةً فَلَهَا النِّصْفُۗ وَلِاَبَوَيْهِ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ اِنْ كَانَ لَهٗ وَلَدٌۚ فَاِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهٗ وَلَدٌ وَّوَرِثَهٗٓ اَبَوٰهُ فَلِاُمِّهِ الثُّلُثُۚ فَاِنْ كَانَ لَهٗٓ اِخْوَةٌ فَلِاُمِّهِ السُّدُسُ مِنْۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُّوْصِيْ بِهَآ اَوْ دَيْنٍۗ اٰبَاۤؤُكُمْ وَاَبْنَاۤؤُكُمْۚ لَا تَدْرُوْنَ اَيُّهُمْ اَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًاۗ فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا١١
yûshîkumullâhu fî aulâdikum lidẓ-dẓakari mitslu ḫadzdzil-untsayaîn, fa ing kunna nisâ'an fauqotsnataini fa lahunna tsulutsâ mâ tarak, wa ing kânat wâḫidatan fa lahan-nishf, wa li'abawaihi likulli wâḫidim min-humas-sudusu mimmâ taraka ing kâna lahû walad, fa il lam yakul lahû waladuw wa waritsahû abawâhu fa li'ummihits-tsuluts, fa ing kâna lahû ikhwatun fa li'ummihis-sudusu mim ba`di washiyyatiy yûshî bihâ au daîn, âbâ'ukum wa abnâ'ukum, lâ tadrûna ayyuhum aqrabu lakum naf`â, farîdhotam minallâh, innallâha kâna `alîman ḫakîmâ
Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. Jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja, dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Untuk kedua orang tua, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua orang tuanya (saja), ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, ibunya mendapat seperenam. (Warisan tersebut dibagi) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan dilunasi) utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
[3] QS. Al-Maidah (5) : 67
QS. Al-Maidah (5) : 67
يٰٓاَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَۗ وَاِنْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسٰلَتَهٗۗ وَاللّٰهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ٦٧
yâ ayyuhar-rasûlu balligh mâ unzila ilaika mir rabbik, wa il lam taf`al fa mâ ballaghta risâlatah, wallâhu ya`shimuka minan-nâs, innallâha lâ yahdil-qoumal-kâfirîn
Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika engkau tidak melakukan (apa yang diperintahkan itu), berarti engkau tidak menyampaikan risalah-Nya. Allah menjaga engkau dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.
[4] QS. Al-A`raf (7) : 188
QS. Al-A`raf (7) : 188
قُلْ لَّآ اَمْلِكُ لِنَفْسِيْ نَفْعًا وَّلَا ضَرًّا اِلَّا مَا شَاۤءَ اللّٰهُۗ وَلَوْ كُنْتُ اَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِۛ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوْۤءُۛ اِنْ اَنَا۠ اِلَّا نَذِيْرٌ وَّبَشِيْرٌ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَࣖ١٨٨
qul lâ amliku linafsî naf`aw wa lâ dhorran illâ mâ syâ'allâh, walau kuntu a`lamul-ghoiba lastaktsartu minal-khoîr, wa mâ massaniyas-sû'u in ana illâ nadẓîruw wa basyîrul liqoumiy yu'minûn
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat bagi diriku, kecuali apa yang Allah kehendaki. Seandainya aku mengetahui yang gaib, niscaya aku akan berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan bahaya tidak akan menimpaku. Aku hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi kaum yang beriman.”
[5] QS. Yunus (10) : 49
QS. Yunus (10) : 49
قُلْ لَّآ اَمْلِكُ لِنَفْسِيْ ضَرًّا وَّلَا نَفْعًا اِلَّا مَا شَاۤءَ اللّٰهُۗ لِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ اِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ٤٩
qul lâ amliku linafsî dhorraw wa lâ naf`an illâ mâ syâ'allâh, likulli ummatin ajal, idẓâ jâ'a ajaluhum fa lâ yasta'khirûna sâ`ataw wa lâ yastaqdimûn
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku tidak kuasa (menolak) mudarat dan tidak pula (mendatangkan) manfaat kepada diriku, kecuali apa yang Allah kehendaki.” Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak (pula) dapat meminta percepatan.
[6] QS. Ar-Ra`d (13) : 16
QS. Ar-Ra`d (13) : 16
قُلْ مَنْ رَّبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ قُلِ اللّٰهُۗ قُلْ اَفَاتَّخَذْتُمْ مِّنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَ لَا يَمْلِكُوْنَ لِاَنْفُسِهِمْ نَفْعًا وَّلَا ضَرًّاۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الْاَعْمٰى وَالْبَصِيْرُ ەۙ اَمْ هَلْ تَسْتَوِى الظُّلُمٰتُ وَالنُّوْرُ ەۚ اَمْ جَعَلُوْا لِلّٰهِ شُرَكَاۤءَ خَلَقُوْا كَخَلْقِهٖ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْۗ قُلِ اللّٰهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ١٦
qul mar rabbus-samâwâti wal-ardh, qulillâh, qul a fattakhodẓtum min dûnihî auliyâ'a lâ yamlikûna li'anfusihim naf`aw wa lâ dhorrâ, qul hal yastawil-a`mâ wal-bashîru am hal tastawidz-dzulumâtu wan-nûr, am ja`alû lillâhi syurakâ'a kholaqû kakholqihî fa tasyâbahal-kholqu `alaihim, qulillâhu khôliqu kulli syai'iw wa huwal-wâḫidul-qohhâr
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Katakanlah, “Allah.” Katakanlah, “Pantaskah kamu menjadikan selain Dia sebagai pelindung, padahal mereka tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat bagi dirinya sendiri?” Katakanlah, “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang dapat melihat? Atau, samakah kegelapan dengan cahaya? Atau, apakah mereka menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah yang (diyakini) dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah, “Allah pencipta segala sesuatu dan Dialah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa.”
[7] QS. Thaha (20) : 89
QS. Thaha (20) : 89
اَفَلَا يَرَوْنَ اَلَّا يَرْجِعُ اِلَيْهِمْ قَوْلًا ەۙ وَّلَا يَمْلِكُ لَهُمْ ضَرًّا وَّلَا نَفْعًاࣖ٨٩
a fa lâ yarauna allâ yarji`u ilaihim qoulaw wa lâ yamliku lahum dhorraw wa lâ naf`â
Maka, tidakkah mereka memperhatikan bahwa (patung anak sapi itu) tidak dapat memberi jawaban kepada mereka dan tidak kuasa menolak mudarat maupun mendatangkan manfaat kepada mereka?
[8] QS. Al-Hajj (22) : 13
QS. Al-Hajj (22) : 13
يَدْعُوْا لَمَنْ ضَرُّهٗٓ اَقْرَبُ مِنْ نَّفْعِهٖۗ لَبِئْسَ الْمَوْلٰى وَلَبِئْسَ الْعَشِيْرُ١٣
yad`û laman dhorruhû aqrabu min naf`ih, labi'sal-maulâ wa labi'sal-`asyîr
Dia menyeru kepada sesuatu yang mudaratnya benar-benar lebih dekat daripada manfaatnya. Sungguh, itu seburuk-buruk penolong dan sejahat-jahat kawan.
[9] QS. Al-Furqan (25) : 3
QS. Al-Furqan (25) : 3
وَاتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةً لَّا يَخْلُقُوْنَ شَيْـًٔا وَّهُمْ يُخْلَقُوْنَ وَلَا يَمْلِكُوْنَ لِاَنْفُسِهِمْ ضَرًّا وَّلَا نَفْعًا وَّلَا يَمْلِكُوْنَ مَوْتًا وَّلَا حَيٰوةً وَّلَا نُشُوْرًا٣
wattakhodẓû min dûnihî âlihatal lâ yakhluqûna syai'aw wa hum yukhlaqûna wa lâ yamlikûna li'anfusihim dhorraw wa lâ naf`aw wa lâ yamlikûna mautaw wa lâ ḫayâtaw wa lâ nusyûrâ
Mereka mengambil sembahan selain Dia, padahal mereka (sembahan itu) tidak dapat menciptakan apa pun. Bahkan, mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) bahaya terhadap dirinya, tidak dapat (mendatangkan) manfaat, serta tidak kuasa mematikan, menghidupkan, dan tidak (pula) membangkitkan.
[10] QS. Saba' (34) : 42
QS. Saba' (34) : 42
فَالْيَوْمَ لَا يَمْلِكُ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ نَّفْعًا وَّلَا ضَرًّاۗ وَنَقُوْلُ لِلَّذِيْنَ ظَلَمُوْا ذُوْقُوْا عَذَابَ النَّارِ الَّتِيْ كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُوْنَ٤٢
fal-yauma lâ yamliku ba`dhukum liba`dhin naf`aw wa lâ dhorrâ, wa naqûlu lilladẓîna dzolamû dẓûqû `adẓâban-nârillatî kuntum bihâ tukadẓdẓibûn
Pada hari ini sebagian kamu tidak kuasa (mendatangkan) manfaat dan (menolak) mudarat kepada sebagian yang lain. Kami katakan kepada orang-orang yang zalim, “Rasakanlah olehmu azab neraka yang selalu kamu dustakan!”
[11] QS. Al-Fath (48) : 11
QS. Al-Fath (48) : 11
سَيَقُوْلُ لَكَ الْمُخَلَّفُوْنَ مِنَ الْاَعْرَابِ شَغَلَتْنَآ اَمْوَالُنَا وَاَهْلُوْنَا فَاسْتَغْفِرْ لَنَاۚ يَقُوْلُوْنَ بِاَلْسِنَتِهِمْ مَّا لَيْسَ فِيْ قُلُوْبِهِمْۗ قُلْ فَمَنْ يَّمْلِكُ لَكُمْ مِّنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا اِنْ اَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا اَوْ اَرَادَ بِكُمْ نَفْعًاۗ بَلْ كَانَ اللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا١١
sayaqûlu lakal-mukhollafûna minal-a`râbi syagholatnâ amwâlunâ wa ahlûnâ fastaghfir lanâ, yaqûlûna bi'alsinatihim mâ laisa fî qulûbihim, qul fa may yamliku lakum minallâhi syai'an in arâda bikum dhorran au arâda bikum naf`â, bal kânallâhu bimâ ta`malûna khobîrâ
Orang-orang Arab Badui yang ditinggalkan (karena tidak mau ikut ke Hudaibiah) akan berkata kepadamu, “Kami telah disibukkan oleh harta dan keluarga kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami.” Mereka mengucapkan dengan mulutnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah, “Siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki mudarat terhadap kamu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu? Bahkan, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Post a Comment

Previous Post Next Post