KALIGRAFI ALLAH MUHAMMAD SEJAJAR

Kaligrafi Allah B dan Muhammad C seringkali kita jumpai terpasang sejajar sebagai hiasan di dinding-dinding masjid, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di luar negeri. Bahkan mungkin sudah menjadi suatu kelaziman di Indonesia, mensejajarkan penulisan nama Allah B dan Muhammad C pada lukisan, pajangan, kaligrafi, atau sampul buku yang bernuansa islami. Apakah hal seperti ini dibenarkan?
Allah Muhammad
Pertama, Allah B adalah Tuhan yang menciptakan alam semesta dan seluruh isinya, dan tidak ada yang setara dengan-Nya.

QS. Al-Ikhlâsh (112) : 4
Allah B berfirman :
Tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-NYA.[1]

Sementara Nabi Muhammad C adalah manusia biasa sama seperti kita yang diciptakan oleh Allah B.

QS. Al-Kahfi (18) : 110
Allah B berfirman :
Katakanlah[2] (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.”

CINCIN RASULULLAH C

Dalam kasus ini, kita bisa menyimak kisah di zaman Nabi C, dimana beliau pernah memiliki sebuah cincin yang memuat nama Allah B dan Muhammad C.

stempel muhammad rasulullah

Cincin tersebut beliau C gunakan sebagai stempel surat dakwah beliau kepada para raja atau penguasa kerajaan pada saat itu[3], dan bukan untuk dipakai[4].

Para penguasa di masa tersebut tidak mau menerima surat tanpa stempel, sehingga Rasulullah ﷺ membuat cincin dari perak dengan mata cincin yang berukiran Muhammad Rasulullah, dan tidak boleh ada yang membuat cincin dengan ukiran seperti itu[5].
cincin muhammad rasulullah
Lazimnya, tulisan pada cincin tersebut dibaca dari atas ke bawah, tetapi Rasulullah C menempatkan nama Allah B di atas, sedangkan nama beliau sendiri di bawah. Sehingga ukiran pada cincin tersebut dibaca dari bawah ke atas, Muhammad Rasul Allah[6].

NAMA ALLAH DAN MUHAMMAD SEJAJAR

Lalu apakah diperbolehkan memasang nama Allah B dan Muhammad C sejajar?

HR. Ahmad 2430
Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq, telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Al Ajlah dari Yazid bin Al Asham dari Ibnu Abbas, bahwa seorang laki-laki berkata,[7]
"Wahai Rasulullah, MAASYA ALLAHU WA SYITA (Sesuai dengan kehendak Allah dan kehendakmu)."

Maka beliau bersabda, "Apakah engkau akan menjadikanku sekutu Allah 'Azza wa Jalla? Tetapi katakanlah: MAASYA ALLAHU WAHDAH (Sesuai dengan kehendak Allah saja)."

Menurut Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin I beliau berkata,[9]
Meletakannya seperti ini tidak dibenarkan, karena berarti menjadikan Nabi C sebagai tandingan bagi Allah dan mensejajarkannya. Andai saja ada seseorang melihat tulisan ini dan ia tidak mengetahui dua nama yang tertulis sejajar tersebut, niscayalah ia akan yakin keduanya setara dan serupa.

Sehingga wajib menghilangkan nama Rasulullah C. Kini tinggal meninjau tulisan Allah saja. Sesungguhnya hal ini merupakan perkataan orang-orang Shufi.

Mereka menjadikan kata "Allah" Itu sebagai pengganti dzikir, mengucapkan "Allah, Allah, Allah" dengan asumsi semacam ini, maka tulisan itupun harus dihilangkan juga. Sehingga tidak boleh menulis nama Allah dan ataupun Muhammad di dinding, kertas atau lainnya".

Sebagaimana para sahabat menuliskan ayat Al-Qur'an di pelepah kurma, bebatuan, dedaunan, hingga kulit binatang yang sudah disamak, jika ingin menuliskan ayat Al-Qur'an atau nama dan sifat Allah B, hendaknya media yang digunakan untuk menulis harus dipastikan kesuciannya (bukan barang najis), diletakkan pada posisi yang tepat dan terhormat (bukan di kamar mandi[8] dan sejenisnya), dan tidak berlebihan sehingga membuat jamaah terganggu kekhusyukannya dalam melaksanakan sholat.

lâ ḫawla wa lâ quwwata illâ billâh

ḫasbunallâhu wa ni`mal-wakîl

Wallâhu A`lam Bish Showâb


REFERENSI AYAT AL-QUR'AN, HADITS NABI, DAN PENDAPAT ULAMA

[1] QS. Al-Ikhlash (112) : 4
QS. Al-Ikhlash (112) : 4
وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌࣖ٤
wa lam yakul lahû kufuwan aḫad
serta tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.”
[2] QS. Al-Kahfi (18) : 110
QS. Al-Kahfi (18) : 110
قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًاࣖ١١٠
qul innamâ ana basyarum mitslukum yûḫâ ilayya annamâ ilâhukum ilâhuw wâḫid, fa mang kâna yarjû liqô'a rabbihî falya`mal `amalan shôliḫaw wa lâ yusyrik bi`ibâdati rabbihî aḫadâ
Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya.


[3] HR. Bukhari 5423 / 5872
HR. Bukhari 5423 / 5872 Fathul Bari
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَادَ أَنْ يَكْتُبَ إِلَى رَهْطٍ أَوْ أُنَاسٍ مِنْ الْأَعَاجِمِ فَقِيلَ لَهُ إِنَّهُمْ لَا يَقْبَلُونَ كِتَابًا إِلَّا عَلَيْهِ خَاتَمٌ فَاتَّخَذَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ نَقْشُهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ فَكَأَنِّي بِوَبِيصِ أَوْ بِبَصِيصِ الْخَاتَمِ فِي إِصْبَعِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ فِي كَفِّهِ

Telah menceritakan kepada kami Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai', telah menceritakan kepada kami Sa'id dari Qatadah dari Anas bin Malik radhiallahu'anhu bahwa Nabiyullah ﷺ hendak menulis surat kepada pemuka kaum atau sekelompok orang asing, lantas diberitahukan kepada beliau,

"Sesungguhnya mereka tidak akan menerima surah Anda kecuali jika surat tersebut dibubuhi stempel, maka Nabi ﷺ membuat stempel (cincin) dari perak yang diukir dengan tulisan 'Muhammad Rasulullah', seolah-olah saya melihat kilauan atau kilatan cincin berada di jari tangan Nabi ﷺ atau di telapak tangan beliau."
[4] HR. Nasa'i 5197 / 5292
HR. Nasa'i 5197 / 5292 Maktabatu Al-Ma`arif Riyadh
أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ أَبِي بِشْرٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ وَكَانَ جَعَلَ فَصَّهُ فِي بَاطِنِ كَفِّهِ فَاتَّخَذَ النَّاسُ خَوَاتِيمَ مِنْ ذَهَبٍ فَطَرَحَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَطَرَحَ النَّاسُ خَوَاتِيمَهُمْ وَاتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ فَكَانَ يَخْتِمُ بِهِ وَلَا يَلْبَسُهُ

Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Abu Bisyr dari Nafi' dari Ibnu Umar berkata,

"Rasulullah ﷺ memakai cincin emas, dan beliau menghadapkan mata cincinnya ke arah telapak tangannya. Lalu orang-orang ikut memakai cincin dari emas, maka Rasulullah ﷺ pun membuang cincinnya dan diikuti oleh mereka. Setelah itu beliau membuat cincin dari perak yang beliau gunakan untuk menstempel, dan tidak memakainya."
[5] Hadits tentang Cincin Perak Rasulullah C :
HR. Muslim 3901 / 2092
HR. Muslim 3901 / 2092 Syarh Shahih Muslim
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَخَلَفُ بْنُ هِشَامٍ وَأَبُو الرَّبِيعِ الْعَتَكِيُّ كُلُّهُمْ عَنْ حَمَّادٍ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ وَنَقَشَ فِيهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَقَالَ لِلنَّاسِ إِنِّي اتَّخَذْتُ خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ وَنَقَشْتُ فِيهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ فَلَا يَنْقُشْ أَحَدٌ عَلَى نَقْشِهِ و حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ يَعْنُونَ ابْنَ عُلَيَّةَ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذَا وَلَمْ يَذْكُرْ فِي الْحَدِيثِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dan Khalaf bin Hisyam serta Abu Ar Rabi' Al 'Ataki seluruhnya dari Hammad, berkata Yahya, telah mengabarkan kepada kami Hammad bin Zaid dari 'Abdul 'Aziz bin Shuhaib dari Anas bin Malik bahwa Nabi ﷺ membuat cincin dari perak dengan bertuliskan Muhammad Rasulullah. Beliau berkata kepada para sahabat,

'Sesungguhnya aku telah membuat cincin dari perak dengan bertuliskan Muhammad Rasulullah, maka tidak boleh Seorangpun memahat tulisan pada cincin seperti yang ada pada cincinku ini. Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hanbal dan Abu Bakr bin Abu Syaibah serta Zuhair bin Harb mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Isma'il Ya'nun bin'Ulayyah dari 'Abdul 'Aziz Shuhaib dari Anas dari Nabi ﷺ dengan redaksi yang sama, namun tidak menyebutkan lafazh 'Muhammad Rasulullah.'
HR. Bukhari 5428 / 5877
HR. Bukhari 5428 / 5877 Fathul Bari
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ وَنَقَشَ فِيهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَقَالَ إِنِّي اتَّخَذْتُ خَاتَمًا مِنْ وَرِقٍ وَنَقَشْتُ فِيهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ فَلَا يَنْقُشَنَّ أَحَدٌ عَلَى نَقْشِهِ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Hammad dari Abdul Aziz bin Shuhaib dari Anas bin Malik radhiallahu'anhu bahwa Rasulullah ﷺ pernah membuat cincin dari perak dan mengukirnya dengan tulisan "Muhammad Rasulullah" kemudian beliau bersabda,

"Sesungguhnya saya telah membuat cincin dari perak dan telah kuukir dengan tulisan 'Muhammad Rasulullah' maka janganlah kalian mengukir dengan ukiran seperti itu."
[6] Hadits tentang Cincin Muhammad Rasul Allah :
HR. Muslim 3900 / 2091
HR. Muslim 3900 / 2091 Syarh Shahih Muslim
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ وَاللَّفْظُ لِأَبِي بَكْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ أَيُّوبَ بْنِ مُوسَى عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ اتَّخَذَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ ثُمَّ أَلْقَاهُ ثُمَّ اتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ وَرِقٍ وَنَقَشَ فِيهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَقَالَ لَا يَنْقُشْ أَحَدٌ عَلَى نَقْشِ خَاتَمِي هَذَا وَكَانَ إِذَا لَبِسَهُ جَعَلَ فَصَّهُ مِمَّا يَلِي بَطْنَ كَفِّهِ وَهُوَ الَّذِي سَقَطَ مِنْ مُعَيْقِيبٍ فِي بِئْرِ أَرِيسٍ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah, 'Amru bin An Naqid, Muhammad bin 'Abbad dan Ibnu Abu 'Umar, lafazh ini milik Abu Bakr ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan bin 'Uyainah dari Ayyub bin Musa dari Nafi' dari Ibnu 'Umar ia berkata,

Nabi ﷺ pernah membuat cincin dari emas, lalu membuangnya. Kemudian beliau membuat cincin dari perak yang terpahat di atasnya tulisan, 'Muhammad Rasulullah.' Beliau bersabda, "Seorangpun tidak boleh memahat tulisan pada cincin seperti yang ada pada cincinku ini. Dan beliau apabila memakainya beliau meletakan mata cincin tersebut di bawah telapak tangannya. Cincin itulah yang akhirnya jatuh ke dalam sumur Aris.
HR. Tirmidzi 1669 / 1747
Sunan Tirmidzi 1669 / 1747 Maktabatu Al-Ma`arif Riyadh
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ ثُمَامَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ نَقْشُ خَاتَمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُحَمَّدٌ سَطْرٌ وَرَسُولُ سَطْرٌ وَاللَّهِ سَطْرٌ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَنَسٍ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah Al Anshari berkata, telah menceritakan kepada kami Bapakku dari Tsumamah dari Anas bin Malik ia berkata,

"Ukiran pada cincin Nabi ﷺ 'Muhammad' dalam satu baris, 'Rasul' dalam satu baris; dan 'Allah' dalam satu baris." Abu Isa berkata, "Hadits Anas ini derajatnya hasan shahih gharib."
[7] HR. Ahmad 2430
HR. Ahmad 2430
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنِ الْأَجْلَحِ عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْأَصَمِّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا شَاءَ اللَّهُ وَشِئْتَ فَقَالَ جَعَلْتَنِي لِلَّهِ عَدْلًا بَلْ مَا شَاءَ اللَّهُ وَحْدَهُ

Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq, telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Al Ajlah dari Yazid bin Al Asham dari Ibnu Abbas, bahwa seorang laki-laki berkata,

"Wahai Rasulullah, MA SYAALLAHU WA SYITA (Sesuai dengan kehendak Allah dan kehendakmu)." Maka beliau bersabda, "Apakah engkau akan menjadikanku sekutu Allah 'Azza wa Jalla? Tetapi katakanlah: MASYA`ALLAH WAHDAH (Sesuai dengan kehendak Allah saja)."
[8] HR. Tirmidzi 1668 / 1746
HR. Tirmidzi 1668 / 1746 Maktabatu Al-Ma`arif Riyadh
حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ مَنْصُورٍ أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ عَامِرٍ وَالْحَجَّاجُ بْنُ مِنْهَالٍ قَالَا حَدَّثَنَا هَمَّامٌ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْخَلَاءَ نَزَعَ خَاتَمَهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ

Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Manshur berkata, telah mengabarkan kepada kami Sa'id bin Amir dan Al Hajjaj bin Minhal keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Hammam dari Ibnu Juraij dari Az Zuhri dari Anas beliau bersabda,

"Jika Rasulullah ﷺ masuk ke dalam WC, beliau melepas cincinnya."

Abu Isa berkata, "Hadits ini derajatnya hasan gharib."


[9] Majmu Fatawa wa Rasa`il Syaikh Al-Utsaimin I III : 75
Majmu Fatawa wa Rasa`il Syaikh Al-Utsaimin I III : 75
السؤال : كثيراً ما نرى على الجدران كتابة لفظ الجلالة “الله”، وبجانبها لفظة: “محمد صلى الله عليه وسلم” أو نجد ذلك على الرقاع، أو على الكتب، أو على بعض المصاحف، فهل موضعها هذا صحيح ؟ قال الشيخ محمد بن صالح العثيمين رحمه الله تعالى : ﺍﻹﺟﺎﺑﺔ موضعها ليس بصحيح، لأن هذا يجعل النبي -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- ندا لله مساويا له، ولو أن أحدا رأى هذه الكتابة، وهو لا يدري من المسمى بهما، لأيقن يقينا أنهما متساويان متماثلان فيجب إزالة اسم رسول الله -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- ويبقى النظر في كتابة: الله وحدها، فإنها كلمة يقولها الصوفية ويجعلونها بدلا عن الذكر، يقولون: الله، الله، الله، وعلى هذا فتلغى أيضا، فلا يكتب الله، ولا محمد على الجدران، ولا في الرقاع ولا في غيره (مجموع فتاوى و رسائل الشيخ محمد بن صالح العثيمين رحمه الله ٣: ٧٥)*
Meletakannya seperti ini tidak dibenarkan, karena berarti menjadikan Nabi C sebagai tandingan bagi Allah dan mensejajarkannya. Andai saja ada seseorang melihat tulisan ini dan ia tidak mengetahui dua nama yang tertulis sejajar tersebut, niscayalah ia akan yakin keduanya setara dan serupa.

Sehingga wajib menghilangkan nama Rasulullah C. Kini tinggal meninjau tulisan Allah saja. Sesungguhnya hal ini merupakan perkataan orang-orang Shufi.

Mereka menjadikan kata "Allah" Itu sebagai pengganti dzikir, mengucapkan "Allah, Allah, Allah" dengan asumsi semacam ini, maka tulisan itupun harus dihilangkan juga. Sehingga tidak boleh menulis nama Allah dan ataupun Muhammad di dinding, kertas atau lainnya".

Post a Comment

Previous Post Next Post