Pertaruhan terbesar seorang manusia adalah ketika ia memilih untuk menjadi manusia. Menjalani kehidupan dunia sebagai manusia, kita diberikan kebebasan untuk berbuat semau kita.
Tapi kita juga diberikan akal sebagai bekal untuk mengelola dunia, yang kelak akan diminta pertanggungjawaban.
Akal juga digunakan untuk memikirkan arti kehidupan dunia, mengenal Pencipta kita, mengikuti perintahnya, atau menjauhi larangannya.
Jika kita patuh pada perintah-Nya, maka jelas kita lebih baik daripada malaikat yang memang diciptakan untuk patuh. Tetapi kalau kita tidak patuh, maka kita lebih rendah daripada binatang, karena kita berbuat semau kita seperti binatang, sementara kita manusia yang memiliki akal. Betapa bodohnya manusia, karena telah memilih untuk diciptakan menjadi manusia. Sejak awal kita sendiri yang telah menzalimi diri kita sendiri, dan dengan bodohnya memilih untuk menjadi manusia yang diberi amanah untuk menjadi seorang khalifah, penguasa yang bertugas untuk mengelola dunia.
Semoga kita diberikan kekuatan dan ketabahan, untuk menjalankan amanah sebagai manusia dengan sebaik-baiknya. Dan semoga kita dihindarkan dari kekufuran, kesombongan, kebodohan, dan kemalasan.
Semoga Allah B melindungi kita dari siksa api neraka, ridho kepada kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan memasukkan kita ke dalam surga Firdaus-Nya, Aaamiin.
lâ ḫawla wa lâ quwwata illâ billâh
Wallâhu A`lam Bish Showâb
Tapi kita juga diberikan akal sebagai bekal untuk mengelola dunia, yang kelak akan diminta pertanggungjawaban.
Akal juga digunakan untuk memikirkan arti kehidupan dunia, mengenal Pencipta kita, mengikuti perintahnya, atau menjauhi larangannya.
QS. Ahzab (33) : 72
Allah B berfirman[1] :
Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya. Lalu, dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya ia (manusia) sangat zalim lagi sangat bodoh.
Jika kita patuh pada perintah-Nya, maka jelas kita lebih baik daripada malaikat yang memang diciptakan untuk patuh. Tetapi kalau kita tidak patuh, maka kita lebih rendah daripada binatang, karena kita berbuat semau kita seperti binatang, sementara kita manusia yang memiliki akal. Betapa bodohnya manusia, karena telah memilih untuk diciptakan menjadi manusia. Sejak awal kita sendiri yang telah menzalimi diri kita sendiri, dan dengan bodohnya memilih untuk menjadi manusia yang diberi amanah untuk menjadi seorang khalifah, penguasa yang bertugas untuk mengelola dunia.
Semoga kita diberikan kekuatan dan ketabahan, untuk menjalankan amanah sebagai manusia dengan sebaik-baiknya. Dan semoga kita dihindarkan dari kekufuran, kesombongan, kebodohan, dan kemalasan.
Semoga Allah B melindungi kita dari siksa api neraka, ridho kepada kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan memasukkan kita ke dalam surga Firdaus-Nya, Aaamiin.
lâ ḫawla wa lâ quwwata illâ billâh
Wallâhu A`lam Bish Showâb
REFERENSI AYAT AL-QUR'AN
[1] QS. Al-Aḫzâb (33) : 72
QS. Al-Aḫzâb (33) : 72
اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙ٧٢
innâ `aradhnal-amânata `alas-samâwâti wal-ardhi wal-jibâli fa abaina ay yaḫmilnahâ wa asyfaqna min-hâ wa ḫamalahal-insân, innahû kâna dholûman jahûlâ
Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya. Lalu, dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya ia (manusia) sangat zalim lagi sangat bodoh.
Post a Comment