Al-Muqaddim artinya Yang Maha Mendahulukan. Allah B memiliki kuasa untuk mendahulukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Dia menentukan urutan dan prioritas dalam penciptaan, pengaturan, serta takdir segala sesuatu berdasarkan hikmah dan kebijaksanaan-Nya.
lâ ḫawla wa lâ quwwata illâ billâh
Wallâhu A`lam Bish Showâb
[2] QS. Yunus (10) : 49
[3] QS. An-Nahl (16) : 61
[4] QS. Saba' (34) : 30
71.
AL-MUQADDIM
الْمُقَدِّمُ
Yang Maha Mendahulukan
Allah B mendahulukan siapa pun yang Dia kehendaki. Sehingga segala sesuatu tepat di urutannya. Termasuk mendahulukan satu kejadian atau perbuatan dari yang lainnya.
lâ ḫawla wa lâ quwwata illâ billâh
Wallâhu A`lam Bish Showâb
DALIL AL-MUQADDIM AYAT AL-QUR'AN
[1] QS. Al-A'raf (7) : 34QS. Al-A'raf (7) : 34
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ٣٤
wa likulli ummatin ajal, fa idẓâ jâ'a ajaluhum lâ yasta'khirûna sâ`ataw wa lâ yastaqdimûn
Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta percepatan.
QS. Yunus (10) : 49
قُلْ لَّآ اَمْلِكُ لِنَفْسِيْ ضَرًّا وَّلَا نَفْعًا اِلَّا مَا شَاۤءَ اللّٰهُۗ لِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ اِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ٤٩
qul lâ amliku linafsî dhorraw wa lâ naf`an illâ mâ syâ'allâh, likulli ummatin ajal, idẓâ jâ'a ajaluhum fa lâ yasta'khirûna sâ`ataw wa lâ yastaqdimûn
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku tidak kuasa (menolak) mudarat dan tidak pula (mendatangkan) manfaat kepada diriku, kecuali apa yang Allah kehendaki.” Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak (pula) dapat meminta percepatan.
QS. An-Nahl (16) : 61
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللّٰهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَاۤبَّةٍ وَّلٰكِنْ يُّؤَخِّرُهُمْ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّىۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ٦١
walau yu'âkhidẓullâhun-nâsa bidzulmihim mâ taraka `alaihâ min dâbbatiw wa lâkiy yu'akhkhiruhum ilâ ajalim musammâ, fa idẓâ jâ'a ajaluhum lâ yasta'khirûna sâ`ataw wa lâ yastaqdimûn
Seandainya Allah menghukum manusia karena kezaliman mereka, niscaya Dia tidak meninggalkan satu makhluk melata pun di atasnya (bumi), tetapi Dia menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. Maka, apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan dan percepatan sesaat pun.
QS. Saba' (34) : 30
قُلْ لَّكُمْ مِّيْعَادُ يَوْمٍ لَّا تَسْتَأْخِرُوْنَ عَنْهُ سَاعَةً وَّلَا تَسْتَقْدِمُوْنَࣖ٣٠
qul lakum mî`âdu yaumil lâ tasta'khirûna `an-hu sâ`ataw wa lâ tastaqdimûn
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bagimu ada hari yang telah dijanjikan (hari Kiamat). Kamu tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak pula percepatan.”
Post a Comment